Festival Budaya Warga 2025 | Harmoni Kampus dan Kampung

Kolase suasana Festival Budaya Warga 2025 di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM menampilkan berbagai kegiatan seperti pertunjukan musik bambu, pentas wayang kulit, dialog budaya, dan penonton yang menikmati acara lesehan. Festival ini menjadi simbol harmoni antara kampus dan kampung melalui seni dan kebersamaan.

Festival Budaya Warga 2025 hadir sebagai ruang perjumpaan antara dunia akademik dan kehidupan masyarakat, menghadirkan harmoni yang melampaui sekat institusi. Diselenggarakan oleh Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM pada 19–29 Agustus 2025, festival ini mengusung tema “Harmoni Kampung Kampus”—sebuah gagasan bahwa mahasiswa bukan hanya penimba ilmu di ruang kuliah, tetapi bagian dari ekosistem sosial yang tumbuh bersama warga sekitar. Dalam perayaan ini, budaya tidak sekadar menjadi tontonan, melainkan jembatan gagasan, tempat tradisi bersentuhan dengan semangat inovasi generasi muda.

Lahir dari kesadaran akan pentingnya merawat kearifan lokal, Festival Budaya Warga membuka ruang partisipatif bagi warga dan mahasiswa untuk saling belajar dan berbagi pengalaman. Budaya Jawa dan nusantara yang sarat nilai-nilai moral, sejarah, dan filosofi diangkat kembali ke ruang publik melalui pendekatan dialogis dan kreatif. Di tengah derasnya arus globalisasi yang kerap meminggirkan tradisi, festival ini berdiri sebagai wadah refleksi bahwa kebudayaan adalah identitas hidup, bukan sekadar benda kajian. GIK UGM mengambil peran strategis sebagai penghubung antara pengetahuan akademik dan pengetahuan warga yang tumbuh dari pengalaman kolektif.

Rangkaian kegiatan dibuka dengan Road to Festival, menghadirkan perayaan 17-an di kampus yang membangkitkan semangat kebersamaan khas kampung melalui permainan tradisional. Dilanjutkan dengan Bedah Buku “Dari Bumi Nusantara ke Piring Kita”, yang mengajak publik memandang pangan bukan hanya sebagai konsumsi, tetapi sebagai jejak sejarah dan identitas budaya Indonesia. Program GIKLiling Spesial Warga memperkenalkan ruang-ruang kreatif GIK kepada masyarakat sekitar, sementara GIK Menyapa Warga menjadi forum dialog dua arah antara pengelola GIK dan warga, membuka jalan kolaborasi yang inklusif.

Puncak acara pada 29 Agustus 2025 menjadi perayaan besar yang merangkai pengetahuan, ekspresi, dan kebersamaan. Angkringan Akademik dihadirkan sebagai simbol ruang egaliter tempat mahasiswa, akademisi, dan warga bercakap tanpa jarak. Sarasehan Budaya: Cerita Warga menjadi wadah pertukaran kisah, mengangkat pengetahuan lokal yang selama ini hidup dalam tradisi, bukan sekadar literatur akademik. Sementara itu, Pentas Ketoprak menghadirkan seni teater tradisional Jawa sebagai panggung kolaborasi antara mahasiswa, komunitas seni, dan seniman lokal. Penampilan seni mahasiswa dan mahasiswa internasional memperkaya festival dengan keragaman budaya dunia yang bertemu di satu panggung Yogyakarta.

Festival Budaya Warga tidak hanya hadir untuk menghibur, tetapi untuk memperkuat pemahaman bahwa kebudayaan adalah ruang belajar yang tak terbatas. Mahasiswa diajak membuka mata terhadap realitas sosial di sekelilingnya, belajar dari warga, mendengar cerita, dan memahami bahwa ilmu pengetahuan yang hidup tidak hanya lahir dari buku, tetapi juga dari kehidupan. Lebih dari 500 peserta dari berbagai lapisan masyarakat—mulai dari Unit Kegiatan Mahasiswa, komunitas budaya, warga Kelurahan Caturtunggal, hingga pelajar DIY—akan mengambil bagian dalam festival ini, menjadikannya perayaan inklusif lintas generasi.

Melalui dukungan Dinas Kebudayaan, akademisi UGM, komunitas seni, dan jejaring mitra budaya, Festival Budaya Warga diharapkan menjadi model perayaan budaya yang adaptif dan berkelanjutan. Festival ini bukan sekadar agenda tahunan, tetapi gerakan merawat ekosistem budaya dalam bingkai kebersamaan antara kampus dan kampung. Seperti angkringan yang selalu membuka tempat bagi siapa saja untuk singgah, festival ini ingin menjadi ruang hangat tempat cerita dan pengetahuan bertemu. Di sinilah UGM tidak hanya mengajar, tetapi juga mendengar; tidak hanya meneliti, tetapi merasakan; tidak hanya hadir di tengah masyarakat, tetapi tumbuh bersama mereka.

Festival Budaya Warga 2025 adalah ajakan untuk kembali melihat budaya sebagai sumber kehidupan, bukan warisan usang. Dalam harmoni kampus dan kampung, kita merayakan bahwa budaya akan selalu hidup selama kita bersedia menjaga dan merayakannya bersama.

Bantu orang lain tahu juga share artikel ini

Ingin tahu lebih lanjut? Klik tombol untuk melihat postingan di Instagram!

Translate »