Keseruan berlanjut di panggung utama dengan dimulainya rangkaian workshop Lokakarya. Dibuka oleh Ciase dalam sesi bertajuk “Cara Membuat Bunga dari Kain Satin”. Setelah itu, giliran Nekarasa memeriahkan panggung dengan sesi menarik berjudul “Meramu Sambel Embek”. Meski berlangsung di atas panggung, atmosfer tetap terasa akrab dan santai. Para pengunjung menikmati sesi ini sambil duduk di tikar di depan panggung, di kursi dan meja area tengah, atau sembari berjalan-jalan mengelilingi booth tanpa perlu registrasi—ciri khas dari inklusivitas Perayaan Jumat Sore GIK UGM.

     Salah satu momen paling seru datang dari sesi “Peri-Peri Dicari”, sebuah permainan real-life treasure hunt di mana peserta diminta mencari kartu bergambar peri yang disembunyikan di area GIK lantai 1. Peserta yang berhasil mengumpulkan kartu terbanyak mendapatkan goodie bag menarik sebagai hadiah. Aktivitas interaktif seperti ini memperkuat identitas Perayaan Jumat Sore GIK UGM sebagai acara yang menggabungkan kreativitas dan hiburan secara menyeluruh.

     Menjelang waktu maghrib, lampu-lampu kuning mulai menyala, menciptakan suasana hangat dan magis yang selaras dengan alunan musik medieval lembut di latar. Banyak pengunjung tampil dalam kostum cosplay bertema medieval, menambah kesan seperti benar-benar berada di dunia RPG. Tawa, interaksi hangat, dan antusiasme mewarnai keseluruhan Perayaan Jumat Sore GIK UGM edisi pertama ini.

     Sebagai penutup, penampilan akustik dari Gamaband menyempurnakan malam dengan nuansa santai yang penuh kekeluargaan dan nostalgia. Momen tersebut menegaskan kembali bahwa GIK adalah wadah nyata bagi kreativitas dan inovasi, baik bagi mahasiswa maupun masyarakat umum—sebuah semangat yang terus diusung oleh Perayaan Jumat Sore GIK UGM.